Kamis, 07 Januari 2016

Materi Pendidikan Islam



MATERI PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan dan sasaran pendidikan tidak akan mungkin tercapai kecuali materi pendidikan yang tertuang pada kurikulum lembaga pendidikan terseleksi secara baik dan tepat. Istilah materi pendidikan berarti mengorganisir bidang ilmu pengetahuan yang membentuk basis aktivitas lembaga pendidikan. Materi pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan sebaliknya tujuan mengarah kepada suatu materi, oleh karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuannya.
Materi pendidikan dibentuk sedemikian rupa dan harus diupayakan agar tidak terjadi keterasingan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Maka tujuan pendidikan yang telah dirumuskan akan memberi kemungkinan lebih mudah untuk bisa dicapai sebagaimana yang diharapkan.[1]
Di dalam al-Qur’an dan hadis Nabi ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam pengembangan materi pendidikan Islam. Kerangka tersebut adalah:
A.      Pendidikan Akidah
Akidah berasal dari kata aqada artinya “ikatan” misalnya ikatan dua utas tali dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung. Aqada bearti juga “janji”, karena janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian.
Akidah menurut terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Akidah Islam di dalam al-Qur’an disebut iman, ia bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorongseorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu, lapangan iman itu sangat luas bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.[2]
Akidah Islam adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seseorang muslim yang bersumber dari ajaran yang wajib dipegang oleh seorang muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam, ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam.[3] Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran agama Islam, sebagaimana difirmankan Allah dalam al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 208 sebagai berikut:
$ygƒr'¯»tƒšúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=äz÷Š$#ÎûÉOù=Åb¡9$#Zp©ù!$Ÿ2Ÿwur(#qãèÎ6®Ks?ÅVºuqäÜäzÇ`»sÜø¤±9$#4¼çm¯RÎ)öNà6s9Arßtã×ûüÎ7BÇËÉÑÈ
Artinya: “Wahai orang-orang beriman, ikutilah syariat Islam itu seluruhnya dan janganlah kalian mengikuti bujukan-bujukan setan. Setan itu adalah musuh kalian yang nyata-nyata merugikan kalian ”.

Pendidikan akidah adalah proses pembinaan dan pemantapan kepercayaan dalam diri seseorang sehingga menjadi akidah yang kuat dan benar. Proses tersebut dapat dilakukan dalam buntuk pengajaran, bimbingan, dan latihan.
Dalam penerapannya, pendidik dapat menggunakan berbagai metode yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.[4] Sehubungan dengan ini terdapat hadis yang berkaitan dengan materi pendidikan Islam.
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جلوس عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا»، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ، وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ، قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ»، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِحْسَانِ، قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: «مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ» قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا، قَالَ: «أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ»، قَالَ: ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ لِي: «يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟» قُلْتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ» رواه مسلم

“Dari ‘Umar bin al-Khattab Radhiyallahu anhu, ia mengatakan: Ketika kami duduk di sisi Rasullallah Saw pada suatu hari, tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya. Hingga ia duduk menghampiri Nabi Saw lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya (paha oran itu) seraya mengatakan, wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam, Rasulallah Saw menjawab Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulallah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu mengadakan perjalanan kepadanya. Ia mengatakan, Engkau benar. Kami heran kepadanya, ia yang bertanya dan ia pula yang membenarkan. Ia mengatakan, kabarkanlah kepadaku tentang iman. Beliau menjawab, engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir baik dan buruk. Ia mengatakan, Engkau benar. Ia mengatakan lagi, kabarkanlah kepadaku tentang ihsan. Beliau menjawab, engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Ia mengatakan, kabarkanlah kepadaku tentang Kiamat. Beliau menjawab, tidaklah orang yang ditanya tentangnya lebih mengetahui dari orang yang bertanya. Ia mengatakan, kabarkanlah kepadaku tantang tanda-tandanya. Beliau menjawab, seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang yang berjalan tanpa alas kaki, tidak berpakaian lagi fakir, dan pengembala kambing saling berlomba-lomba meninggikan bangunan. Kemudian laki-laki itu pergi, tetapi aku masih diam tercengang (beberapa lama). Kemudian Beliau bartanya, wahai ‘Umar, tahukah engkau siapakah orang yang bertanya itu? Aku menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau bersabda, ia adalah Jibrilyang datang kepada kalian untuk mengajari kaliantentang agama kalian.” HR. Muslim[5]

1.      Makna Mufradat
بينما نحن جلوس   : ketika kami duduk, asal kata بينما adalah بينا akan tetapi ditambah dengan huruf ما. Asal katanya adalah  بين نحن  (di antara kami) dan huruf ما ditambahkan sebagai penguat.
جلوس                : duduk, ia sebagai mubtada’ (pridiket)
عند رسول الله      : di sisi Rasulallah Saw, ia sebagai khabar dari جلوس
ذات يوم              : di sini bermakna umum, yang artinya pada salah satu hari
لايرى عليه اثر السفر : tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh, karena bajunya sangat putihdan rambutnya sangat hitam, tidak didapati debu dan kusut akibat perjalanan, karena biasanya di saat seperti itu akan terlhat bekas perjalanan dari seorang musafir, baik rambutnya yang acak-acakan, terkena debu dan pakaiannya berbeda dengan pakaian orang yang bermukim akan tetapi bekas perjalanan itu tidak didapati dari orang tersebut.
ولا يعرفه منا احد  : dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, artinya ia bukan penduduk Madinah yang dikenal, ia adalah orang asing.[6]
2.      Penjelasan Hadits
Di dalam hadis di atas pertanyaan yang pertama kali ditanya oleh Jibril kepada Rasulallah Saw adalah tentang Islam. Islam kata turunan yang berarti ketundukan, ketaatan, dan kepatuhan. Ia berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima, berakar dari huruf sin lam mim. Dari kata ituterbentuk kata masdar salamah (yang dalam bahasa Indonesia menjadi selamat). Dari akar kata itu juga terbentuk kata-kata salm, dan silm yangberartikedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri.[7]
Ketika Rasulallah Saw ditanya oleh Jibril tentang Islam, Rasul menjawab, Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Swt dan bahwaMuhammad adalah Rasulallah , artinya menetapkan dan mengakuinya dengan lisan dan hati, tidak cukup hanya lisan saja tetapi harus dengan keduanya. Allah berfirman surat al-Zukhruf ayat 86:
Ÿ`tB yÍky­ Èd,ysø9$$Î/ öNèdur tbqßJn=ôètƒ ÇÑÏÈ
Artinya: “Orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini”
I’rab(fungsi masing-masing kata) dari kalimat لاإله إلا الله
Kalimat لاإله إلا الله tarmasuk jumlah ismiyyah manfiyyah (kalimat yang menunjukkan peniadaan/penafian) dengan huruf لا yang berfungsi meniadakan suatu jenis (an-nafyu lil jinsi), dan peniadaan ini adalah bentuk yang paling umum dari bentuk-bentuk lainnya. Subjeknya adalah kata اله sedangkan predikat (khabar)nya dihilangkan, penggantinya yang tepat adalah kata ”حق” kata “إلا” sebagian alat bahasa yang menunjukkan batasan. Kemudian nama yang  mulia, lafazh Allah “الله” sebagai badal (pengganti) dari khabar لا yang dihilangkan, dan lafaz Allah “الله” ini bukan khabar laa naafiyah, karena laa naafiyah tidak berfungsi kecuali dalam kalimat-kalimat nakirah (umum) dan hasil, dalam susunan kalimat ini (لاإله الا الله) ada sesuatu yang dihilangkan,yaitu khabar-nya, dan penggantinya adalah kata “حق” (yang berhak). Maka susunan sebenarnya adalah “الا الله لااله” (tidak ada Ilah yang benar kecuali Allah).
Ada banyak Ilah (tuhan) yang disembah, akan tetapi semuanya bathil, bukan Tuhan yang benar kecuali Allah Swt, dan Tuhan yang banyak itu sedikitpun tidak memiliki hak peribadahan. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Swt surat al-Hajj ayat 62:
ššÏ9ºsŒ  cr'Î/ ©!$# uqèd ,ysø9$# žcr&ur $tB šcqããôtƒ `ÏB ¾ÏmÏRrߊ uqèd ã@ÏÜ»t6ø9$#
Artinya: “(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah Dialah (Tuhan) yang haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil”

Selanjutnya “وأن محمدا رسول الله (dan bahwa Muhammad adalah Rasulallah Saw), artinya engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Beliau tidak mengatakan “ني رسول الله  أ(sesungguhnya aku adalah Rasulallah),” sementara arah pembicaraan membolehkan hal itu karena orang  itu yang di ajak bicara oleh Nabi, akan tetapi Beliau menyebutkan nama Beliau untuk lebih menguatkan dan menunjukkan keagungan-Nya.
Sabdanya محمدا  yaitu Muhammad bin ‘Abdillah al-Hasyimi al-Qurasyi dari keturunan Ismail, dan tidak didapati oleh seorang Rasul dari keturunan Nabi Ismail selain Beliau, dan Beliau pula yang dimaksud oleh firman Allah tentang Ibrahim dan Isma’il dalam surat al-Baqarah ayat 129:
$uZ­/u ô]yèö/$#ur öNÎgÏù Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Gtƒ öNÍköŽn=tæ y7ÏG»tƒ#uä
Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu”

            Dan sabda (رسول الله) bentuk subjek (رسول) di sini bermakna objek, yaitu yang diutus (مرسل). Rasul adalah siapa yang diberi wahyu oleh Allah Swt berupa syariat dan diperintahkan kepadanya untuk menyampaikan dan mengamalkannya.[8]
Dari hadis di atas dapat diambil beberapa pelajaran penting mengenai pendidikan, yaitu sebagai berikut:

a.       Dalam hadis di atas dinyatakan bahwa Jibril datang mengajarkan agama kepada sahabat Nabi Sawdalam proses ini, Jibril berfungsi sebagai guru, Nabi sebagai narasumber, dan para sahabat sebagai peserta didik.
b.      Dalam proses pembelajaran, Jibril sebagai guru menggunakan metode tanya jawab. Metode ini efektif untuk menarik minat dan memusatkan perhatian para peserta didik.
c.       Meteri pengajaran agama Islam dalam hadis tersebut meliputi aspek-aspek pokok dalam ajaran Islam, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Dari ketiganya, aspek yang didahulukan adalah akidah.[9]
Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar, yakni terposisikan sebagai rukun yang pertama dalam rukun Islam yang lima, sekaligus sebagai kunci yang membedakan antara orang Islam dan non-Islam.
B.     Pendidikan Ibadah
Pendidikan ibadah yang dimaksud adalah proses pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dalam pengamalan  ibadah khusus. Dalam hadis di atas terdapat pelajaran bahwa materi pendidikan ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, dan haji.
Sabda Beliau الصلاةتقيم"(mendirikan shalat)”, artinya engkau melaksanakannya dengan berdiri secara sempurna dan benar. Kata “shalat” di sini mencakup shalat wajib dan shalat sunnah.
Sabdanya,"تؤتي الزكاةو" (menunaikan zakat), yakni memberikan zakat.                                  Zakat adalah harta yang wajib diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, yang terdiri dari harta khusus yang harus dizakatkan sebagai bentuk peribadahan kepada Allah Swt. Dan harta khusus itu adalah:
       1. Emas
2. perak
3. Binatang ternak
4. Apa-apa yang keluar dari bumi (tanaman dan lain-lain)
5. Barang dagangan
Sabda beliau, "وتصوم رمصان"(berpuasa Ramadhan)”, artinya engkau menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Secara bahasa, artinya صوم adalah "الإمساك" (menahan). Dan Ramadhan adalah bulan yang sangat dikenal yang berada di antara bulan Sya’ban dan Syawwal.
Dan sabdanya,” "وتحج البيت(menunai haji kebaitullah)”, artinya engkau bermaksud mendatangi Ka’bah untuk melaksanakan manasik haji pada waktu tertentu dengan niat ibadah kepadanya. سبيلا إن استطعت إليه (jika engkau mampu mengadakan perjalanan kepadanya). قال:صدقت (ia berkata, Engkau benar). Yang mengataka, “Engkau benar” adalah malaikat Jibril sebagai penanya, bagaimana ia mengatakan ”Engkau benar” semantara ia sendiri yang bertanya? Karena orang yang mengatakan, ”Engkau benar” kepada orang yang menjawab, ia lebih dahulu memiliki pengetahuan tantang apa yang ditanyakan, serta ia yakin bahwa orang yang ditanya akan menjawab dengan benar. Inilah yang menyebabkan para sahabat terheran-heran, bagaimana ia bertanya dan sekaligus membenarkannya?.[10]
Para guru dan orangtua hendaknya menjelaskan kepada anak-anak dengan penjelasan yang sangat sederhana tentang pentingnya berbagai bentuk ibadah, lengkap dengan rukun-rukunnya, seperti shalat, zakat, dan haji. Selain itu emosional anakharus disiapkan saat membicarakan berbagai bentuk ibadah sehingga mereka merindukan ikatan dengan Allah Swt dan beribadah kepada-Nya dengan cara yang benar.
Dalam menjelaskan atau membicarakan berbagai bentuk ibadah, para pendidik  hendaknya menggunakan tema pembahasan secara berurutan. Berusaha sedapat mungkin agar peserta didik dapat menyadari pentingnya melaksanakan berbagai bentuk ibadah dalam kehidupan mereka. Dan para pendidik hendaknya mengetahuai pentingnya berbagai bentuk ibadah dalam kehidupan seorang muslim.[11]

C.     Pendidikan Akhlak
Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaqdan bentuk jamak dari khuluq atau al-khulq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabi’at. Secara terminologi adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan itu melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’, keadaan tersebut disebut akhlak yang baik, sedangkan jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.[12]
Akhlak Islami, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Karena itu suatu perbuatan baru dapat disebut pencerminan akhlak, jika memenuhi beberapa syarat. Syarat itu antara lain adalah:[13]
1.      Dilakukan berulag-ulang
      Jika dilakukan sekali saja, atau jarang-jarang tidak dapat dikatakan akhlak. Misalnya, jika seseorang tiba-tiba memberikan uang (sedekah) kepada orang lain karena alasan tertentu, orang itu belum bisa dikatakan berakhlak dermawan.
2.      Timbul dengan sendirinya
      Timbul dengan sendirinya tanpa dipikir-pikir atau ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaanbaginya. Jika suatu perbuatan dilakukan setelah berpikir-pikir dan ditimbang-timbang, apalagi karena terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan akhlak.
Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti peserta didik sehingga menjadi budi pekerti mulia. Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupanberagama peserta didik secara total.
Sehubungan dengan pendidikan akhlak ini, Rasulallah Saw telah mengemukakan dalam hadisnya sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: " لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا، وَكَانَ يَقُولُ: «إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا»

“Abdullah bin Amru ra. berkata,  Nabi bukanlah orang yang keji dan tidak bersikap keji. “Beliau bersabda, sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya””. HR. Al-Bukhari
Hadis di atas memuat informasi bahwa beliau memiliki sifat yang baik dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang berakhlak mulia. Itu berarti akhlak yang mulia adalah suatu hal yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia, maka harus diajarkan.
Supaya para sahabat dan umatnya memiliki akhlak yang mulia, beliau memberikan motivasi. Di antaranya seperti yang disebutkan dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الجَنَّةَ، فَقَالَ: «تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الخُلُقِ»، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، فَقَالَ: «الفَمُ وَالفَرْجُ»
“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasullallah Saw ditanya tentang penyebab utama yang dapatmemasukkan (seseorang) ke dalam surga. Beliau menjawab, bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Beliau ditanya pula tentang penyebab utama yang dapat membawa orang ke nereka. Beliau menjawab, mulut dan kemaluan.” HR. At-Tirmidzi

Dalam kedua hadis di atas terlihat bahwa Rasulallah Saw. sangat menginginkan umatnya beraklak mulia. Untuk mencapai keinginan tersebut, beliau menggunakan motivasi untuk bertakwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia, diperlukan perjuangan yang berat karena manusia menemui banyak rintangan dalam kehidupannya.
Allah Swtmengutus Rasulallah Saw untuk menyempurnakan akhlak manusia. Pendidikan akhlak mengutamakan nilai-nilai universal dan fitrah yang dapat diterima oleh semua pihak. Beberapa akhlak yang dicontohkan Nabi Saw di antaranya menyenangi kelembutan, kasih sayang, tidak kikir, tidak berkeluh kesah, tidak hasud, menahan marah, dan mencintai saudaranya. Akhlak yang demikian perlu diajarkan dan dicontohkan pendidik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.[14]























KESIMPULAN
Materi pendidikan dibentuk sedemikian rupa dan harus diupayakan agar tidak terjadi keterasingan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Maka tujuan pendidikan yang telah dirumuskan akan memberi kemungkinan lebih mudah untuk bisa dicapai sebagaimana yang diharapkan.
Di dalam al-Qur’an dan hadis Nabi ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam pengembangan materi pendidikan Islam. Kerangka tersebut adalah:
1.    Pendidikan Akidah
Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar, yakni terposisikan sebagai rukun yang pertama dalam rukun Islam yang lima, sekaligus sebagai kunci yang membedakan antara orang Islam dan non-Islam.
2.    Pendidikan Ibadah
Pendidikan ibadah yang dimaksud adalah proses pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dalam pengamalan  ibadah khusus. Materi pendidikan ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, dan haji.
3.    Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak mengutamakan nilai-nilai universal dan fitrah yang dapat diterima oleh semua pihak. Beberapa akhlak yang dicontohkan Nabi Saw di antaranya menyenangi kelembutan, kasih sayang, tidak kikir, tidak berkeluh kesah, tidak hasud, menahan marah, dan mencintai saudaranya. Akhlak yang demikian perlu diajarkan dan dicontohkan pendidik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.








DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Abdurrahman Saleh.2007. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an.Jakarta: Rineka Cipta.
Ali,Mohammad Daud. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Taufik,Ahmad dan Rohmadi, Muhammad.2010. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Karakter Berbasis Agama. Surakarta: Yuma Pustaka.
Umar, Bukhari.2012. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta: Amzah.
Al-Utsman, Muhammad bin Shalih. 2011. Syarah Hadits Arba’in.Terj. Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Basri.Judul asli.Syarh al-Arba’iin al-Nawawiyyah. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.



[1] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 159
[2]Ahmad Taufik dan Muhammad Rohmadi, Pendidikan Agama Islam Pendidikan Karakter Berbasis Agama, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hal. 12
[3]Ibid., hal. 13
[4]Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 38
[5]Muhammad bin Shalih al-Utsman, Syarah Hadits Arba’in, terj. Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Basri, judul asli, Syarh al-Arba’iin al-Nawawiyyah, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2011), hal. 31
[6]Ibid., hal. 32
[7]Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 199
[8]Muhammad bin Shalih al-Utsman, Op. Cit., hal. 34
[9] Bukhari Umar, Op. Cit., hal. 40
[10]Muhammad bin Shalih al-Utsman, Op. Cit., hal. 36
[11]Bukhari Umar, Op. Cit., hal. 42
[12]AhmadTaufik dan Muhammad Rohmadi, Op. Cit., hal. 54
[13]Mohammad Daud Ali, Op. Cit., hal.
[14]Bukhari Umar, Op. Cit., hal. 44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar