3 Cara mengobati Penyakit Hati
Hadirin yang kami hormati,
Jika kita perhatikan, sejatinya Iman,
Islam, dan ketaatan kepada Allah adalah sebuah kenikmatan. Terdapat banyak
dalil yang menunjukkan bahwa ibadah bisa dirasakan kenikmatannya. Dalam hadis Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ
حَلاَوَةَ الإِيمَانِ:
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ
إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ
يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan
lezatnya Iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia
mencintai seseorang hanya karena Allah, dan dia sangat benci untuk kembali
kepada kekufuran, sebagaimana dia benci untuk dilempar ke neraka.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang
lainnya).
Dalil di atas menunjukkan betapa Iman,
Islam, dan segala turunannya, merupakan kenikmatan dan bisa dirasakan lezatnya.
Namun yang menjadi tanda tanya bagi kita, mengapa banyak orang justru
merasa berat atau bahkan merasa tersiksa ketika melakukan ibadah? Bisa jadi, kita masih menganggap ibadah itu sesuatu beban yang sulit bagi kita. Lalu dimanakah
nikmatnya Iman itu?
Logikanya hadirin semua, hampir semua orang
yang mengalami sakit, dia akan susah makan, dan semua terasa pahit. Selezat
apapun jenis makanan yang diberikan, orang sakit akan merasakannya pahit. Misalnya, soto pahit, sate pahit, bahkan
sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia sedang sakit.
Seperti itu pula, orang yang mempunyai
penyakit
hati. Seenak apapun makanan yang diberikan, dia akan merasakan
pahit dan berusaha menolaknya. Dengan kata lain yang memiliki penyakit hati
belum bisa merasakan manisnya iman dan ibadah.
hadirin yang berbahagia,
Jika sakit ini dibiarkan, selamanya
kita tidak bisa merasakan nikmatnya makanan. Hati sakit yang dibiarkan,
selamanya akan sulit untuk menikmati manisnya iman.
Imam Ibnu al-Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul
Lahafan (1/16–17) menjelaskan bahwa ada 3 cara untuk mengobati sesuatu yang sakit.
Teori ini juga digunakan dalam ilmu kedokteran.
Pertama, [حِفْظُ القُوَّة] menjaga
kekuatan. Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu usaha yang harus dia lakukan adalah
menjaga kekuatan mentalnya, dengan mempelajari ilmu yang bermanfaat dan melakukan
berbagai ibadah. Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat dan ilmu yang
bersumber dari al-Qur’an dan Sunah, serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah
dan ketaatan. Karena ilmu dan amal, merupakan makanan bagi hati manusia. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari beliau bersabda:
“ilmu
laksana hujan dan hati manusia adalah tanah”. Hati yang sakit senantiasa butuh makanan berupa ilmu.
Kedua, [الحِمَايَة عَنِ الـمُؤْذِى] melindungi
munculnya penyakit yang baru. orang yang sakit harus menghindari segala yang
bisa memperparah panyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan
dosa dan maksiat. Dia
hindarkan dirinya dari segala bentuk penyimpangan. Karena dosa dan maksiat
adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia,
إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ
خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ
وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ،
“Sesungguhnya seorang hamba, apabila
melakukan perbuatan maksiat maka akan dititikkan dalam hatinya satu titik
hitam. Jika dia meninggalkan maksiat itu, memohon ampun dan bertaubat, hatinya
akan dibersihakn. Namun jika dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik hitam
tersebut hingga menutupi hatinya”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan
sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).
Ketiga, [اِسْتِفْرَاغُ الـمَوَاد الفَاسِدَة] Di bagian
akhir keterangan pembahasan ini, Ibnu al-Qoyim menjelaskan bahwa cara untuk menghilangkan penyakit yang merusak hati adalah dengan banyak bertaubat, beristighfar,
memohon ampunan kepada Allah. Jika kesalahan itu berkaitan dengan Tuhan maka dia siap bertaubat
karenanya.
Jika terkait dengan hak orang lain, diapun siap dengan meminta maaf, karena pada
hakekatnya kata Rasulullah:
التَّائِبُ
مِنَ الذَّنْبِ، كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
“Orang yang bertaubat dari satu
perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa itu. (HR. Ibn
Majah).
Hadirin yang kami
hormati,
Obat
yang diberikan seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan tingkat
penyakit yang diderita pasien. ketika sakit yang diderita pasien cukup parah, ia
harus dirawat bahkan sampai rawat inap di ICU dan dengan rentang waktu
berbeda-beda.
Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika
penyakit yang diderita sangat parah, karena pelanggaran yang dilakukan adalah
dosa besar, syariat memberikan tahapan sampai pada taraf hukuman had. Seperti cambuk,
pengasingan, qishas, denda, hingga rajam. Allahu a’lam.
Semoga Allah melindungi kita dari
segala penyakit hati yang berbahaya, dan menjadikan hati kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya Iman,
Islam, dan amal soleh. Amiin.....
.وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Wassalamu’alaikum wr. wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar